Belajar Mengenai Kehidupan Pedesaan



Jumat, 18 Februari 2011


Rumah Sunda
Pada hari kedua, kami dituntun menuju Rumah Sunda di sebelah kolam ikan. Atap dari rumah Sunda ini disebut “julan lapak” (karena bentuknya seperti burung yang sedang mengepakkan sayapnya) dengan dinding dan lantai bambu yang kurang rapat sehingga angin bertiup masuk ke dalam rumah tradisional tersebut.
Kasur Kapuk
Dapur
Pada zaman dahulu, kapuk digunakan sebagai tempat tidur. Untuk memanfaatkan rumah mereka sebagai kandang ayam, kami lalu diajak menuju dapur untuk memantau lokasi tersebut. Dengan lantai batu dan semen berserta peralatan dapurnya, suasana di dalam rumah membuat kami merasa seperti berada di zaman dahulu. Panci untuk memasak nasi terbuat dari besi dengan diameter yang lebih kecil dibagian tengah. Lalu sebuah mangkuk yang berbentuk kerucut yang berbentuk anyaman ditaruh diatas nya untuk memasak nasi. Ada dulang yang terbuat dari batu tempat menyimpan nasi, boboko yaitu gantungan tempat-tempat nasi, nyiru tempat mencuci beras dan pipiti untuk menyimpan makanan. Di belakang rumah terdapat leuit (gudang padi), di sekitarnya terdapat banyak peralatan menangkap ikan. Ada bubuk yang digunakan untuk menangkap ikan, ada wisung untuk menumbuk padi dan lodong yang terbuat dari bambu untuk mengambil air. 
Selanjutnya kami menaiki perbukitan dan berhenti di salah satu gubuk. Mas Tito dengan pangsik (pakaian tradisional sunda) menjelaskan tentang penanaman padi dan perkebunan nanas. Nanas Subang yang terkenal salah satunya juga berasal dari desa wisata ini. Nanas Simadu yang tidak terprediksi hasilnya membuat nanas manis ini harganya 2 kali lipat lebih mahal. Inilah yang membuat nanas subang sangat terkenal.
Setelah itu, kami berangkat menuju persawahan dengan topi kerucut ala petani. Kami berjalan berbaris melewati petak-petak sawah dan ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Jalan kecil tersebut sangat licin sampai kami terpeleset beberapa kali. Sering juga kami menemukan jalan setapak yang lembek sampai-sampai kami hampir terjungkal ke dalam sawah.




Kekhawatiran yang kami rasakan sepanjang jalan akhirnya terhapuskan setelah kami sampai di tengah persawahan. Pemandangan indah terhampar dihadapan kami. Sejauh mata memandang, tampak sawah-sawah yang sangat hijau. Angin yang menghembus setiap helai padi dan mereka seperti bergoyang lembut di bawah matahari pagi. Perjalanan dilanjutkan menuju petak sawah lainnya untuk menanam padi. Kami melewati jalan perkampungan dan layaknya saudara, para penduduk sekitar selalu menyapa penunjuk jalan kami, Mas Tito. Mereka pun menyapa dengan candaan yang beraksen Sunda, sangat ramah dan sangat lembut. Sesampainya di tempat tujuan, kami turun ke dalam sawah yang sudah dibajak oleh 2 ekor kerbau. Dengan benih padi yang diberikan, satu per satu siswa menanam padi. Canda dan tawa menyertai kami kala salah satu seorang siswa berlari ketika kerbau tersebut berjalan ke arahnya.
Memandikan Kerbau
Setelah itu,kerbau-kerbau tersebut digiring ke sungai untuk dimandikan.Tidak tanggung-tanggung para siswa pun turun ke sungai untuk memandikan kerbau tersebut. Awalnya, beberapa siswa merasa jijik,namun pada akhirnya mereka memandikan kerbau-kerbau tersebut. Lalu kami pulang ke pinggiran untuk membersihkan diri dari lumpur yang telah bercampur dengan kotoran kerbau tadi.

Selesai makan siang, acara outbound pun dimulai, permainan ini tentunya hanya  kegiatan untuk bersenang-senang,namun terdapat unsur tersirat yang tentunya memberi siswa pendidikan.Kami berkumpul di sebuah aula terbuka dan membentuk lingkaran. Permainan pertama adalah untuk melatih konsentrasi,kami diharuskan menyebutkan daret angka dan angka tertentu yang diubah sebutannya. Siswa lalu di bagi ke dalam 2 kelompok dan kami bermain karet bersambung tanpa melepaskan tangan dengan teman yang terdiri di sebelah, setelah itu pria dan wanita di bagi ke dalam 2 kelompok berbeda. Kami membuat lingkaran dengan badan menempel satu sama lain, lalu saling memangku dan berputar. Lalu kelompok di bagi secara acak dan kami bermain suit jepang. Permainan bertambah seru dengan siswa yang digiring ke lapangan yang berumput. Siswa diacak tanpa membedakan jenis kelamin. Dengan mata tertutup kami harus membunyikan suara binatang untuk menemukan anggota kelompok masing-masing. Setelah itu masing-masing kelompok membentuk lingkaran. Dari posisi semula yaitu tangan yang disilangkan, kami harus mengubah posisi tangan menjadi lurus tanpa melepaskan jalinan tangan.

Lapangan yang diberi batas lalu menjadi pemenang pada permainan selanjutnya, yaitu jembatan batu. Kami diberi penutup gepeng yang berfungsi sebagai jembatan dengan jumlah yang kurang dari jumlah pemain. Kami harus menyebrang dengan penutup gepeng tanpa memijak rumput. Pemenang dari permainan ini adalah kelompok 4.
Jembatan Batu
Dengan bambu yang dibagi 2, kami diberikan masing-masing 1 orang 1 bambu. Tugas kami  harus memindahkan sebuah bola pingpong dengan bambu tersebut. Permainan terakhir yang merupakan puncak permainan adalah permainan tali seimbang (bola goyang).
Bola Goyang
Dengan sekitar 5 tali,setiap kelompok harus mengikatkan bagian tengah tali kepada bambu kecil. Di atas bambu yang melayang ini diletakkan bola kasti. Tantangannya adalah untuk mengiring bola kasti seperti yang telah disebutkan.Dalam permainan ini terdapat banyak perselisihan antar siswa. Namun pelajaran dari permainan ini adalah kerjasama. Bagaimana hal ini diperlukan baik dalam dunia sekolah, pekerjaan, maupun kegiatan sosial.
Bambu

0 comments:

Posting Komentar

Copyright 2009 BANDUNG. All rights reserved.
Sponsored by: Website Templates | Premium Wordpress Themes | consumer products. Distributed by: blogger template.
Bloggerized by Miss Dothy